RESUME KEPERAWATAN SISTEM MUSCULO
SKELETAL DENGAN DIAGNOSA RHEUMATOID ARTHITIS
OLEH :
ABDUL ROKHIM
2011030346
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
PROGRAM STUDI S-1
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat ALLAH
SWT atas selesainya Resume Keperawatan Penyakit rheumatoid arthitis. Tanpa ridha dan kasih sayang-Nya serta petunjuk
dari-Nya mustahil Resume ini dapat terselesaikan.
Resume Keperawatan Penyakit rheumatoid arthitis ini bertujuan untuk
memenuhi tugas system musculoskeletal. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:
·
Ibu Dra. Soelijah Hadi, M.Kes. M.M, selaku
ketua STIKES HUSADA JOMBANG
·
Wahyu hadi prasodjo S.Kep.,Ns selaku dosen mata
kuliah sistem Musculo
·
Teman – teman yang telah membantu
menyelesaikan Askep ini.
Penulis menyadari bahwa resume ini masih jauh
dari sempurna. Kami akan sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati
masukan dan kritik serta saran untuk menyempurnakan resume ini. Semoga resume ini
dapat bermanfaat.
Jombang, 9 juli 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan
terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan
tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan
jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit
reumatik yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila
otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dengan meningkatnnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik.
Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu
sindrom. Golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para
ahli dibidang rematologi, rematik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal
yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya tiga tanda utama
yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak. (sonarto,1982)
Dari berbagai masalah
ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal menempati urutan kedua 14,5 %
setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun
(Household Survey on Health,1996) dan berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa
rheumatoid arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia
(Boedhi Darmojo et.al, 1991). Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan
keperawatan pada klien rematoid artritis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid arthritis?
2.
Apa etiologi rheumatoid arthritis?
3. Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
4.
Bagaimana patofisiologi rheumatoid arthritis?
5.
Jelaskan pathway rheumatoid arthritis?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan
oleh penyakit rheumatoid arthritis?
7. Bagaimana prognosis rheumatoid arthritis?
8.
Apa saja pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
9.
Bagaimana pencegahan rheumatoid arthritis?
10. Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?
C. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar
penyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit rematoid artritis.
Tujuan Khusus
1.
Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.
2.
Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis
3.
Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoid arthritis.
4.
Menjelaskan patofisiologi rheumatoid arthritis.
5.
Menjelaskan pathway rheumatoid arthritis.
6.
Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.
7.
Menjelaskan prognosis rheumatoid arthritis.
8.
Menjelaskan pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
9.
Menjelaskan pencegahan rheumatoid arthritis.
10.
Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoid arthritis
.
D.
METODE PENULISAN
Penulisan
makalah ini menggunakan berdasarkan literatur yag diperoleh dari buku ataupun
sumber dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Kata
arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid
arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA)
merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang
oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam
waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai
banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur –
struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Arthritis
rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler. (Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).
B.
ETIOLOGI
Penyebab
penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab
arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 : Blab et
al, 1999).
C.
MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif
gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu makan,
demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan otot dan kekauan sendi biasanya
paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid
arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya
penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer
& Bare, 2002). Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996)
D.
PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar
ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan
kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh
penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan
pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium
hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan
parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas.
E.
KOMPLIKASI
1.
Osteoporosis
2.
Gangguan jantung
3.
Gangguan paru
F.
PROGNOSIS
Pada
umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit yang
bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini
telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa
hidupnya dan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada
setiap eksaserbasi.
Seperti
telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat sistemik. Maka
seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal, kulit,
jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau
noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat
menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan pericarditis,
myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya
lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada daerah
extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan dapati
gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang
mendadak dan menahun yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan
membentuk palisade. Di sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan
di pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai
pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di
atas gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena kurangnya
zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh
imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan limpa dan
sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease modifying antiremathoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan
vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.
2.
LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum rendah
dan fosfatase alkali meningkat.
3.
Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan
pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4.
Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit
yang berat.
5.
Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl
H.
PENCEGAHAN
Menjaga
supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan
sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah
datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan,
menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi
suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega
3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap
lentur.
I.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.
Memberikan Pendidikan
Pendidikan
yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan
prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang
kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa
saja yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan
pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup, gunakan kaos
kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang berat
secara perlahan – lahan.
2.
Istirahat
Sangat
penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Oleh
karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3.
Latihan Fisik
Dapat
bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan
aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4.
Termotrafi
Lakukan
kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.
5.
Gizi
Pemenuhan
gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun
syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan
setiap hari. Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari,
karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi
total.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :
- kesadaran composmentis
- pasien tampak lemah
Tanda-tanda vital, TB dan BB :
S
:36,7 0C N : 88x/mnt TD :120/90mmHg
RR
: 18x/mnt HR 88x/mnt
TB
:155cm BB
:45 kg.
Body Systems:
1.
Pernapasan (B1: Breathing)
Inspeksi
: hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak terpasang O2 nasal, tidak
ada pernafasan cuping hidung, bentuk dada simetris
RR : 18x/mnt
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odema
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesicular
Tidak ada suara nafas tambahan
Masalah
keperawatan : tidak ada
masalah keperawatan
2.
Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Inspeksi : Tidak ada ictus cordis
Perkusi :
lup-dup
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan atau odema
Auskultasi : s1 s2 tunggal
N:86 x/Menit CRT : ˂ 2 detik
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah keperawatan
3.
Persyarafan (B3: Brain)
Glasgow
Coma Scale (GCS):
E
: 4 V : 5 M : 6 Nilai total : 15
Kepala
dan wajah :
Mata : simetris
Sklera
: putih
Conjungctiva : merah muda
Pupil : isokor
Persepsi
sensori:
Pendengaran : Telinga kanan dan kiri
normal
Penciuman :
Hidung kanan dan kiri normal
Fungsi Pendengaran : Kiri dann kanan normal
Pengecapan : manis
: ya asin : ya pahit : ya
Penglihatan : Mata kanan dan kiri
dapat melihat dengan baik
Perabaan : panas : ya dingin : ya tekan : ya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4.
Perkemihan-Eliminasi Uri (B4:
Bladder)
Produksi
urine : 1500ml
Frekuensi : 3 x/hari
Warna : kuning jernih Bau : khas
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah keperawatan
5.
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5:
Bowel)
Mulut dan tenggorok :
-
Warna
Lidah : Merah
-
Lesi
:
tidak ada lesi, tidak ada stomatitis
-
Masa
:
tidak ada masa
-
Gangguan
Bicara :
tidak ada gangguan
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bentuknya
simetris
Rectum : tidak ada kelaianan
BAB : 1 x/ hari Konsistensi : lembek
Masalah keperawatan : Tidak ada
masalah keperawatan
6.
Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan
pergerakan sendi terbatas
-
Parese : tidak
-
Paralise : ya
Extremitas :
Atas : normal
Bawah : terdapat nyeri sendi dan kemerahan pada sendi
Uji
kekuatan otot
5
|
5
|
2
|
2
|
Kulit
:
-Warna
kulit : kemerahan
-Turgor : baik
Masalah keperawatan :
gangguan rasa nyaman nyeri
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis (doengoes, 2000) adalah sebagai berikut
:
a.
Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/
proses inflamasi/ destruksi sendi.
b.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
c.
Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy atau
ketidakseimbangan mobilitas.
d.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.
e.
Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak
adekuat.
f.
Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Arthritis
rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. ( Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang
terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya
ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan
keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )
Penyebab
penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
B.
SARAN
Sebaiknya
kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar seimbang, untuk
menghindari AR menyerang pada sistem imun kita.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn.2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Kalim.Handono.1996.Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer.Arif.2000.Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar